Kami siapkan soal latihan US,UN, UKA/UKG-PLPG, CPNS dan ebook serta Software untuk Anda, buat apa “Repot-Repot” download ke-sana ke-mari di internet, akses saja di "blog" ini praktis mudah dan gampang, semoga bermanfaat !!!.

Ketrampilan Mengelola Kelas

Keberhasilan guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan proses pembelajaran saja, tetapi juga ada faktor lain yaitu kemampuan dalam mencegah timbulnya tingkah laku peserta didik yang mengganggu jalannya proses pembelajaran serta kondisi fisik yang tersedia dan pengolahannya. Misal: peserta didik ngantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, suka mengganggu teman, mengajukan pertanyaan aneh, kelas kotor, kursi banyak kutu busuk dan sebagainya.

1. Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

2. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Khusus pengelolan kelas yang menyangkut orang (peserta didik) dapat bersifat individual atau keIompok, maka untuk menanganinya diperlukan kehati-hatian. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:

a. Pendekatan Alodifikasi Perilaku.
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagai mana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat dihandalkan dalam membina manusia, yaitu:

1) Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya guru ingin agar peserta didik berani mengeluarkan pendapat, guru selalu menunjuk langsung peserta didik yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan).Bila suatu saat peserta didik berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan negatit). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya,peserta didik mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya ditiadakan bila peserta didik telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:

  • Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
  •  Sasaranya jelas
  •  Pemberian penguatan dengan segera
  •  Penyajian stimulus yang bervariasi 
  • Keantusiasan.
2) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku peserta didik yang semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang peserta didik yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali peserta didik mengomentari penjelasan guru, guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa guru tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal guru sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi artau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa guru tidak berkebertaan terhadap kebiasan peserta didik tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:

a) Untuk mengurangi kekecewaan peserta didik sebagai akibat ditiadakannya pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh peserta didik.

b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku peserta didik, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar peserta didik tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang hendak dihapus lersebut.

c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku peserta didik yang menyimpang bila mengguna kan teknik penghapusan. Sementara penghapusan berlangsung dan peserta didik melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebab kan peserta didik sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.

d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada peserta didik, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada guru tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku peserta didik yang menyimpang tersebut.
3) Hukuman.
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku peserta didik yang tidak dikehendaki.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:

a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru dengan peserta didik atau minimal disepakati oleh peserta didik.Dengan demikian ia lebih ikhlas bila dihukum.

b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga peserta didik memilikik kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.

c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri peserta didik.

d) Setelah menghukum peserta didik, guru hendaknya bersikap wajar seperti semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat pulih kembali.

e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.

b. Pendekatan /klim Sosial Emosional

Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting
dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikin halnya dengan proses pembelajaran disekolah, bila hubungan antara guru dengan peserta didik baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.

1) Sikap umum, yaitu terbuka, menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia, empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis (melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya).

2) Sikap khusus.Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku peserta didik yang biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:

a) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha memakai berbagai cara unfuk menarik perhatian guru. la mungkin tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman disebeiahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus clan sebagainnya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja, masa bodoh.

b) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha mengalahkan orang lain.Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali clan tidak mau melaksanakan kewajibannya.Hal ini atasi dengan memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan kebera man atau kekuatan fisik.

c) Peserta didik yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini serahkan pada psikolog dan guru hanya membantu pelaksanaanya di kelas.

d) Peserta didik yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas.Karena bisannya ia yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.

c.Pendekatan Proses kelompok.

Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para peserta didik biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut rnenjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Guna mengikat kerumunan peserta didik menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.

1) Tujuan Kelompok.
Karena para peserta didik biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas guru yang pertama adalah mengarahkan para peserta didik ke tujuan kelas, khususnya indikator .Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, guru perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada peserta didik.

2) Aturan.
Aturan yang mampu mengikat peserta didik menjadi kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan peserta didik atau minimal disetujui oleh peserta didik. Bila ada peserta didik yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.

3) Pemimpin.
Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok peserta didik di kelas ia mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu daiam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antar pribadi atau antar kelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi. Sumber : sukarni uir
Pengunjung ke :
blog counter
blog counterDiseño WebImprenta Sevilla

1 comment :

Anonymous said...

Waoo, luar biasa bro, tks artikelnya menarik sekali untuk dipraktekkan di sekolah, salah satu pembelajaran Pakem. ditunggu artikel berikutnya salam sukses bro

Post a Comment